Indonesia, Movie - Meski bukan penggemar film sejarah, saya benar-benar bisa menikmati The Battle: Roar to Victory. Film yang diadaptasi dari kisah nyata perjuangan Korea melawan penjajahan Jepang pada 1920an di kawasan Bongo-dong itu dikemas secara menarik dengan membagi unsur thriller, laga serta komedi dengan adil.
Sutradara Won Shin-yeon memberikan adegan pembuka yang sederhana namun berhasil membuat bersemangat menantikan kisah selanjutnya dalam film tersebut. Saat melihat adegan itu, saya meyakini The Battle: Roar to Victory tak main-main dalam menggambarkan pertarungan serta kondisi sebuah negara yang sedang dijajah.
The Battle: Roar to Victory mengingatkan pada pelajaran sejarah tentang perjuangan kemerdekaan. Mulai dari diam-diam mempersiapkan rencana perlawanan hingga keyakinan meraih kemenangan, meski harus bertempur memakai alat yang sesungguhnya tak lebih baik dari yang dimiliki Jepang.
The Battle: Roar to Victory bahkan menyajikan visual lebih dari yang saya bayangkan. Kemiskinan suatu daerah dan negara, serta nasib perempuan yang menjadi pemuas nafsu penjajah digambarkan secara gamblang.
Belum lagi aksi sadis Jepang sebagai penjajah ditunjukkan total dan stabil dari awal hingga akhir, mengingatkan pada serial Game of Thrones. Beberapa adegan dalam film ini, ditambah efek suara yang ciamik, mungkin akan sedikit mengagetkan, bahkan menjijikkan bagi yang tak tahan melihat darah.
Kendati demikian, mata tetap dimanjakan dengan sinematografi film ini. Keindahan alam serta teknik pengambilan gambar di beberapa adegan The Battle: Roar to Victory sedikit banyak mirip film Lord of the Rings.
Layaknya film perjuangan pada umumnya, akhir dari The Battle: Roar to Victory sebenarnya sudah bisa ditebak. Gambaran besar film tersebut sudah diperkirakan seperti berlari, bersembunyi, adu tembak serta ledakan.
Meski demikian adegan pertempuran yang disajikan tak terasa membosankan. Selalu saja ada yang menarik dari tiap pertempuran, seperti humor-humor melalui percakapan atau aksi para tokoh.
Duet antara Yoo Hae-jin serta Ryu Jun-yeol yang terlihat baik pada film A Taxi Driver kembali ditampilkan dalam The Battle: Roar to Victory. Mereka memiliki karakter yang saling bertolak belakang namun hal itu menambah keseruan film. Kehadiran Jo Woo-jin yang lucu juga meramaikan keseruan.
Tak ada perubahan karakter dari pemeran utama film ini. Perubahan karakter malah terlihat pada beberapa pemeran pendukung. Hal yang tak disangka itu membuat penonton di bioskop gemas dan tertawa melihatnya.
Tanpa disangka, Won Shin-yeon ternyata sempat memasukkan sedikit bumbu romansa dalam film sejarah ini. Namun, porsinya hanya sedikit dan tak dikembangkan lebih lanjut hingga akhir film.
Meski menarik, bukan berarti The Battle: Roar to Victory tak memiliki 'cacat'. Bumbu baru di tiap adegan pertempuran yang berulang memang tak membosankan, namun hal itu tampaknya membuat beberapa hal penting tak bisa diperjelas lebih dalam, seperti pengenalan tokoh utama serta latar belakangnya.
Tak hanya itu, tiba-tiba banyak tokoh yang muncul di akhir film dan membuat bingung siapa sebenarnya mereka itu dan kenapa baru muncul jelang usai. Nasib tokoh pendukung yang sering muncul juga dibiarkan menggantung di akhir film.
Secara keseluruhan, The Battle: Roar to Victory merupakan film sejarah yang menyenangkan. Banyaknya bumbu humor bukan berarti mengurangi pesan yang hendak disampaikan film ini.
Melalui narasi-narasi serta tingkah laku para tokoh, banyak pesan yang bisa diambil seperti siapa saja dengan latar belakang apa saja bisa menjadi pahlawan, menjadi pemenang dalam perjuangan sangat penting karena mereka akan menjadi 'media' sejarah.
Keseruan film The Battle: Roar to Victory bisa disaksikan di jaringan bioskop CGV dan Cinemaxx.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.